Konflik Yugoslavia
- kelompok 10
- Apr 16, 2015
- 20 min read
Konflik Yugoslavia

Oleh
Faiz Nurhabib Fannani (1407301604199)
Hengkeng Priska Wulandari (140731601271)
Rita Taismaniar (140731602238)
Abstrack
Yugoslavia was one of the countries in the region balkan which is a federation between the three kingdoms, namely: the Kingdom of Serbia, Kingdom of Croatia, and Slovenia kingdom. The conflict between ethnic Bosnia and Serbia ethnic Bosnian society originated from the desire to liberate themselves from the territory of Serbia.
Kata kunci : Yugoslavia, Serbia, Kroasia, Slovenia, Raditch, Pashitch, Alexander , konflik
Pendahuluan
Yugoslavia berarti Slavia Selatan merupakan sebuah negara yang pernah ada di daerah Balkan, di sebelah tenggara Eropa. Wilayah Yugoslavia yang terletak di semenanjung Balkan itu telah menoreh sejarah panjang, menjadi tempat perebutan pengaruh antara Romawi Barat yang Katolik dan Romawi Timur yang Ortodoks, berlanjut ke era Ottoman Turki yang
beragama Islam, membawa pengaruh dalam etnis dan agama yang dianut. Dalam perjalanannya, negara ini pernah berbentuk kerajaan dan republik.
Republik Federal Sosialis Yugoslavia, sebelumnya bernama Federal Demokratik Yugoslavia (1943-1946) dan Republik Rakyat Federal Yugoslavia (1946-1992), eksis dari tahun 1943-1992. Negaraini adalah kelanjutan dari Kerajaan Yugoslavia (1918-1943). Negara ini merupakan negara federal dengan negara-negara bagian yakni Serbia, Montenegro, Slovenia, Kroasia, Bosnia-Herzegovina, Makedonia serta dua daerah otonomi khusus Kosovo dan Vojvodina. Negara ini beribukota di Beograd. Perjalanan Yugoslavia memang sangat panjang, konflik yang ada di dalamnya juga macam-macam.Salah satu peristiwa yang menarik perhatian dunia pada dasawarsa 1990 adalah runtuhnya Republik Federasi Yugoslavia. Pada tahun 1953, Josep Broz Tito terpilih menjadi Presiden Yugoslavia menggantikan Ivan Ribar. Josep Broz Tito merupakan seorang pemimpin yang digambarkan sebagai diplomat sangat ulung, yang luwes bergaul dengan Blok Barat dan Blok Timur. Di bawah kepemimpinannya, Yugoslavia tumbuh menjadi negara yang kuat di Eropa Timur tanpa harus menjadi anggota Pakta Warsawa ataupun Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
Pembahasan
Yugoslavia (berarti "Slavia Selatan") merupakan sebuah negara yang pernah ada di daerah Balkan, di sebelah tenggara Eropa, dari tahun 1918 sampai tahun 2003. Dalam perjalanannya, negara ini pernah berbentuk kerajaan dan republik. Negara ini beribukota di Beograd(wikipedia, 2015). Yugoslavia adalah sebuah federasi antara tiga kerajaan, yaitu : Kerajaan Serbia, Kerajaan Kroasia, dan Kerajaan Slovenia. Ketiga kerajaan ini mayoritas adalah keturunan dari pemakai bahasa Slavik. Meskipun mereka dekat dalam kekeluargaan dan bahasa, ketiga bangsa sebelum tahun 1918 belum menjadi satu kesatuan. Pada awalnya Yugoslavia sendiri terbentuk setelah dibubarkannya Kekaisaran Austria-Hongaria setelah Perang Dunia I maka “Kerajaan Bangsa Serbia, Kroasia, dan Slovenia” didirikan dengan Peter I dari Serbia sebagai raja. Seiring berjalannya waktu Federasi kerajaan ini berganti nama menjadi Yugoslavia menjadi sebuah negara kerajaan yang dipimpin oleh Raja Alexander I (Susilo, 2009:110).

Peter I of Serbia

Peta Yugoslavia
Ketiga kerajaan ini bergabung menjadi sebuah kerajaan yang berpusat di Hapsburg. Semangat propaganda nasionalis dari Serbia membawa ketiganya menjadi sebuah negara bersatu, yang menyatukan masa depan mereka menuju negara Yugoslavia. Berdasar perbedaan yang disatukan, Manifesto Corpu tahun 1917, yang disebut juga “sertifikat kelahiran Yugoslavia” untuk memproklamasikan ke dunia bahwa ketiganya telah membentuk suatu negara dan masa depan mereka disebut dengan “Kerajaan dari Serbia, Kroasia, dan Slovania”. akan tetapi semangat persatuan dan kerjasama yang tertera di Manifesto Corfu gagal diwujudkan, karena ketidakmampuannya untuk memuaskan penduduk/warga dikarenakan kegelisan berkelanjutan dalam politik dan krisis yang terjadi pada kerajaan tersebut. Seelepas krisis, Kerajaan terbagi menjadi dua grup : yang mendukung pemerintah pusat dimana adalah ekspansi dipegang oleh kerajaan Serbia dan yang mendukung pemerintah pusat sesuai otonomi daerah inilah yang menjadi bibit dari konflik-konflik yang terjadi pada masa selanjutnya.
Pada 28 Juni 1921, Pangeran Regent mengambil jalan pembentukan konstitusi baru, dan sejak hari “Revisionis” menjadi pimpinan politik di kerajaan. Pemilihan pertama parlemen digelar pada Maret 1923, dan hasilnya muncul dua pihak yaitu Pashitch dan Raditch. Raditch menolak untuk mengijinkan perwakilan Kroasia mengambil kursi pemerintahan, dan Pashitch memungkinkan pembentukan kementrian. Beberapa tahun setelah pemboikotan, Raditch muncul dan menyimpulkan bahwa hasil dari ketidak hadiran partainya karena kalah kekuatan dari Pashitch. Sesuai dengan itu, perwakilan partai Kroasia kembali ke parlemen dan menyebabkan mundurnya Pashitch pada Maret 1924.
Pada akhirnya raja Alexander membubarkan parlemen. Raditch dipenjara dalam tuduhan konspirasi selama kampanye pemilihan dengan metode tangan kuat (tangan besi) digunakan untuk melenyapkan oposisi. Meskipun berada di penjara, dia mengumumkan bahwa partai Buruh Kroasia telah memutuskan pembentukan kerajaan, sebuah dinasti, dan konstitusi pada 1921. Pemimpin buruh Kroasia itu kemudian dilepaskan dari penjara, anggota partainya memberi porto folio dalam pemerintahan pada November 1925, Raditch memasuki kabinet dan menjadi menteri pendidikan. Ketidakmampuannya dalam menangkis serangan dari koleganya, membuat koalisi berakhir pada April 1926.
Setelah terjadi beberapa konflik yang melanda pemerintahan, Raja Alexander memutuskan bahwa Parlementeriarisme itu, bukan mengembangkan dan memperkuat rasa persatuan nasional malahmemprovokasi kekacauan moral dan perpecahan nasional. Raja pada tanggal 5 Januari 1929, membubarkan parlemen, membatalkan Undang-UndangDasar 1921, dan memanggil Zhivkovitch, komandan divisi penjaga yang ditempatkan di Belgrade, untuk memimpin pemerintahan baru. Yugoslavia berubah menjadi monarki absolut , asumsi kekuasaan tunggal Raja menyeluruh atas setiap petugas negara. Pembatasan pada pers , hukuman yang ditetapkan untuk mengkritik atau menolak ukuran kediktatoran , senjata dilarang , dan semua pertemuan politik dilarang kecuali diizinkan oleh polisi dan pada bulan Oktober 1929 nama negara diubah dari " Kerajaan Serbia, Kroasia , dan Slovenia " , ke " Kerajaan Yugoslavia " .
KONFLIK YUGOSLAVIA
Yugoslavia mungkin merupakan Negara yang sudah di takdirkan penuh dengan konflik. Sejak awal berdirinya, konflik-konflik sudah banyak bermunculan baik dari dalam ataupun luar. Namun Salah satu pemimpin terbaik dari Yugoslavia yaitu Josif Broz Tito memiliki ideology yang tertulis pada buku John R. Lampe ynang berjudul Yugoslavia as History: Twice There Was a Country halaman 3 “Even a bad Yugoslavia is better than no Yugoslavia”. Konflik internal di sebabkan oleh perasaan kesukuan yang tidak kunjung hilang di antara republik-republik Yugoslavia, yang memiliki ciri berbeda satu sama lain. Yugoslavia terdiri dari berbagai keturunan suku bangsa. Sebelum pecah 36 persen suku Serbia, 20 persen Kroasia, 9 persen keturunan Muslim Bosnia, persen suku Slovenia, Masedonia 6 persen dan keturunan Albania 8 persen. Dan sebagai bekas jajahan Turki 400 tahun, di negara ini juga terdapat sejumlah besar keturunan Turki.
Sedangkan Konflik eksternal Di awali oleh penandatanganan persetujuan kerja sama dengan poros Jerman-Italia-Jepang oleh pangeran Paul yang di ikuti oleh pemberontakan oleh perwira Serbia anti-Jerman yang membuat Hitler marah dan pada tahun 1941 menyerang Yugoslavia. Setelah menduduki Yugoslavia, Hitler menggabung Kroasia, Bosnia, dan Herzegovina ke dalam wilayah Negara Kroasia. Sementara Kosovo, Montenegro selatan, dan makedonia barat di gabung dalam Negara Albania Raya.

Gambar: Josep Broz Tito
Penduduk Yugoslavia kemudian bangkit melawan, dalam buku Perang Eropa halaman 77 Volume 2 oleh Peng Koen Awjong, R. B. Sugiantoro, di tulis pendapat dari Churchill yang mengatakan bahwa “keberanian adalah sifat dan watak pembawaan dari bangsa Yugoslavia”. Pendapat Churchil di perlihatkan dengan bangkitnya penduduk Yugoslavia untuk mengusir pasukan pendudukan dengan bergabung dengan dua kekuatan gerilya utama yaitu kaum Chetnik yang didominasi orang Serbia pendukung raja dan kaum Partisan pimpinan Tito. Kaum chetnik di pimpin oleh Pahlawan pertama yang melawan jerman yaitu Kolonel Draza Mihailovich yang seorang mantan menteri pertahan Yugoslavia. Sementara perlawanan Josif Broz Tito dengan partisannya baru di mulai setelah jerman menyerang Rusia pada juni 1941.
Pada bulan April 1945, pasukan Partisan berhasil menguasai wilayah Yugoslavia dan memaksa pasukan jerman untuk angkat kaki. Pada bulan November 1945 Josif Broz tito berhasil memenangkan pemilu dan pada 29 November 1945 Kerajaan Yugoslavia di bubarkan dan di gantikan oleh Bentuk Republik yang di namakan Republik Rakyat Federal Yugoslavia dengan Boznia-Herzegovina, Kroasia, Makedonia, Montenegro, Serbia, dan Slovenia sebagai Negara penyusun.
Sepeninggal Tito, Deskiriminasi ras mulai muncul di dalam tubuh Yugoslavia. Setelah sekianlama Tito berhasil meredam untuk timbulnya penyakit itu muncul ke permukaan. Semakin parahnya krisis yang menimpa Yugoslavia pada gilirannya turut berdampak pada melonjaknya inflasi dan membludaknya pengangguran. Dikombinasikan dengan dendam lama warisan Perang Dunia II, hubungan antar etnis yang menghuni yugoslavia semain lama semakin memanas.
Pada bulan Juni 1991 Slovenia dan Kroasia memproklamasikan kemerdekaan. Tentara Federal (terutama beranggotakan orang Serbia) mengintervensi. Akan tetapi perang di Slovenia hanya berlangsung 7 hari karena penduduk di sana nyaris homogen sehingga tidak ada kepentingan warga Serbia yang terancam. Dibandingkan dengan Slovenia yang memiliki penduduk homogen, perang di Kroasia berlangsung sengit dan lama serta kejam karena ingatan sejarah Perang Dunia II maupun besarnya komunitas Serbia di wilayah tersebut. Ketika Republik Makedonia, negara bagian termiskin, memerdekakan diri, Tentara Federal diam saja. Pada tahun 1992 Penduduk Muslim dan Kroasia di Bosnia -Herzegovina memilih untuk merdeka dan mendeklarasikan negara Bosnia-Herzegovina. Penduduk Serbia Bosnia menolak hasil tersebut dan berusaha membentuk negara terpisah dengan bantuan Tentara Federal, yaitu Republik Serbia Bosnia dan Herzegovina yang kemudian menjadi Republik Srpska. Sekali lagi, perang di Bosnia-Herzegovina berlangsung sengit dan kejam karena alasan trauma sejarah. pada tahun 1995 perjanjian Dayton yang bertempat di Pangkalan Udara Wright-Patterson di Dayton, Ohio. Pertemuan tersebut berlangsung sejak 1 November hingga 2 November 1995. Peserta utamanya adalah presiden Serbia, Slobodan Milošević, presiden Kroasia, Franjo Tuđman, presiden Bosnia, Alija Izetbegović, kepala negosiator Amerika Serikat, Richard Holbrooke dan Jenderal Wesley Clark. Persetujuannya ditanda tangani di Paris, Perancis pada 14 Desember. Dan dengan di tandatangani nya perjanjian itu berahir pula perang Bosnia-Herzegovina.
Konflik masih belum berahir pada Negara ini, pada tahun 1999 terjadi pemberontakan orang Albania di Kosovo, NATO tanpa perintah PBB menyerang Serbia yang membuat Milosevic menyerah dan Kosovo berada di bawah pengawasan Internasional. Dilain itu , tentara KLA (Kosovo Liberationn Army) menghabisi etnis Serbia dan juga budayanya sebagai jalan untuk menghapus jejak Serbia di sana. Pada bulan Oktober 2000 Milosevic mundur dan di gantikan oleh Vojislav Kostunica. Dan Pada tahun 2003 Yugoslavia mengganti namanya menjadi “Serbia dan Montenegro”. Pergantian nama tersebut sebagai tanda berakhirnya riwayat negara Yugoslavia. Total, ada 6 negara baru yang lahir pasca runtuhnya Yugoslavia yaitu Bosnoa-Herzegovina, Kroasia, Serbia, Slovenia, Makedonia, dan Montenegro.
Konflik antara Bosnia dan Serbia pada Tahun 1991
Sejarah Bosnia Herzegovina
Kekuatan yang berpengaruh dalam sejarah negeria Bosnia muncul pada akhir abad ke-13, ketika wilayah tersebut ditaklukkan oleh kerajaan Turki Usmani. Dalam perkembangannya, kaum Muslim Bosnia mendapatkan status sama dengan orang Turki asli. Mereka menjadi tangan kanan orang Turki untuk memerintah penduduk Bosnia yang tetap memeluk agama leluhurnya. Oleh karena itu mereka menjadi pembela fanatik Kesultan Usmani untuk menjaga hak-hak istimewa mereka. Ketika Turki melemah, negara-negara jajahannya di Balkan memerdekakan diri. Salah satu di antaranya adalah Serbia. Negara yang baru merdeka ini berusaha menggabungkan Bosnia namun ambisinya digagalkan oleh kekaisaran Austria - Hongaria, yang mencaplok wilayah tersebut pada tahun 1908. Hal tersebut kemudian mendorong kaum nasionalis Serbia membunuh putera mahkota kekaisaran tersebut di Sarajevo pada tahun 1914, yang kemudian menyebabkan pecahnya Perang Dunia I.

Genosida di bosnia
Setelah Perang Dunia I usai, Bosnia-Herzegovina, bersama-sama dengan Kroasia, Slovenia, dan Vojvodina, diserahkan oleh Austria kepada Kerajaan Serbia-Montenegro. Dari penggabungan ini muncullah Kerajaan Yugoslavia (Slavia Selatan). Akan tetapi perpecahan segera melanda negeri itu akibat pertentangan dua etnis utamanya. Orang Serbia berusaha membangun negara kesatuan sementara orang Kroasia menginginkan federasi yang longgar. etnis Bosnia terjebak dalam pertikaian tersebut karena kedua pihak memperebutkan wilayah tersebut. Beberapa etnis Bosnia mendukung klaim Serbia dan menyebut dirinya sebagai etnis Serbia. Namun lebih banyak lagi yang pro Kroasia dan menyebut dirinya sebagai orang etnis Kroasia. Pertentangan tersebut kemudian meledak menjadi kekerasan setelah Jerman Nazi menguasai Yugoslavia tahun 1941.
Setelah meraih kekuasaan atas Yugoslavia, Tito berusaha membangun kembali persaudaran negeri itu di bawah bendera komunisme. Dalam upayanya untuk mengatasi perselisihan antar kelompok etnis dan agama, dia membentuk negeri itu menurut sistem federal yang ditarik berdasarkan etnisitas. Bosnia, yang karena memiliki penduduk yang plural, merupakan ujian berat bagi Tito. Orang Serbia menuntut penggabungan wilayah tersebut karena penduduk Serbia yang hampir mencapai setengah dari total penduduk di sana pada masa itu. Akan tetapi Tito menolaknya. Dia tidak ingin membuat Serbia menjadi kuat seperti sebelumnya. Oleh karena itu, dia memutuskan untuk memecah belah orang Serbia. Wilayah Serbia diperkecil dengan membentuk dua republik federal (yaitu Montenegro dan Makedonia) serta dua propinsi otonom (Vojvodina dan Kosovo). Tito, sebagai seorang Kroasia-Bosnia, memutuskan bahwa wilayah Bosnia-Herzegovina harus menjadi sebuah republik federal. Dengan demikian, orang Serbia dapat diimbangi oleh gabungan etnis Bosnia-Kroasia di wilayah tersebut. Selain itu, Tito memutuskan bahwa etnis Bosnia diperbolehkan menyebut dirinya sebagai orang Muslimani (Muslim) sehingga tidak perlu menyebut dirinya sebagai orang Muslim Serbia atau Muslim Kroasia.
Dalam menghadapi ketidakpuasan atas keputusan tersebut, rezim Tito memakai tangan besi untuk menghadapinya. Cara tersebut memang efektif tapi hanya untuk sementara waktu. Ketika Tito meninggal, pertikaian antar etnik dan menjurus kepada agama kembali meletus di Yugoslavia, yang kemudian meruntuhkan negara tersebut.
Pada tahun 1389, orang–orang Utsmaniyah yang dipimpin oleh Sultan Murad bin Orkhan berhasil meraih kemenangan yang meremukkan tentara Serbia dalam perang Kosovo, dan menjadikan Bosnia sebagai bagian dari wilayah Utsmaniyah (Turki) dari tahun 1463. Sejak saat itulah Islam mulai menyebar dan mendarah daging di sana. Orang–orang Utsmaniyah telah menderita kerugian cukup lama karena kekayaan lokal negeri ini disubsidi oleh orang–orang Eropa.
Pada tahun 1878, Austria berhasil menguasai dua wilayah, yaitu Bosnia dan Herzegovina yang telah direbutnya dari tangan pemerintahan Utsmaniyah. Maka, pada tahun 1908, kekaisaran Austria mengumumkan penggabungan Bosnia dan Herzegovina ke dalam wilayahnya. Etnis Bosnia bangkit menentang keputusan ini dengan segala kekuatan, tetapi usaha mereka berakhir dengan sia–sia. Percikan awal yang menyebabkan terjadinya Perang Dunia I bermula dari Sarajevo (ibukota Bosnia) sebagai pengaruh atas pembunuhan putra mahkota Austria, Frans Ferdinand dan istrinya di tangan seorang pemuda bernama Princip yang mengaku sebagai pemuda anggota gerakan Serbia raya. Peperangan ini telah membawa kehancuran kekaisaran Austria/Hungaria. Maka, Hungaria memisahkan diri dan mendirikan kerajaan Yugoslavia (dengan menjadikan Bosnia dan Herzegovina sebagai bagian dari wilayahnya) pada tahun 1918.
Pada masa antara dua Perang Dunia ini, Bosnia berada di bawah naungan kekuasaan Yugoslavia (Serbia–Kroasia–Slovenia). Pada tahun 1971, negara Federasi Yugoslavia mengizinkan etnis Bosnia untuk membentuk daerah otonomi yang tergabung ke dalam federasi ini (pada masa presiden Bros Tito).
Keadaan Umum Bosnia Herzegovina
Negara pecahan Yugoslavia ini terletak di Barat Daya Eropa.Luas negaranya 51.233 km2. Jumlah penduduk Bosnia sebanyak 3.800.000 jiwa dengan presentase etnis di Bosnia 47 % bosnia, etnis Serbia 39 %, etnis kroasia 17 %. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Serbo–Kroasia (bahasa resmi), Slow, dan Serbia.Hasil pertanian yang paling banyak dihasilkan adalah jagung, gandum, dan jawaaut.Mata uang yang digunakan adalah mata uang dinar.
Bosnia Herzegovina dibagi menjadi Federasi Bosnia dan Herzegovina dan Republika Srpska.Distrik Brčko bukan bagian kedua entitas politik ini, tetapi diperintah secara supranatural dan dijaga olehe tentara internasional. Federasi Bosnia dan Herzegovina dibagi menjadi 10 kanton: Una-Sana, Posavina, Tuzla, Zenica-Doboj, Podrinje Bosnia, Bosnia Tengah, Herzegovina-Neretva, Herzegovina Barat, Sarajevo, Bosnia Barat.
Kemerdekaan Bosnia dan Timbulnya Perang Saudara
Terjadinya perubahan politik globalisasi membawa pangaruh di negara Federasi Yugoslavia.Perang saudara di Yugoslavia diawali dengan merdekanya Kroasia dan Slovenia pada tanggal 25 Juni 1991.Mereka memisahkan diri dari negara Federasi Yugoslavia. Hal ini membuat Serbia marah karena rencananya mendirikan negara Serbia Raya akan gagal apabila negara–negara bagian Yugoslavia satu per satu memisahkan diri. Serbia tidak tinggal diam. Serbia melakukan penyerangan ke Slovenia dan Kroasia untuk mencaplok kembali wilayah yang sudah meredeka itu menjadi wilayah kekuasaan etnis Serbia.
Kemudian, lewat kehancuran Komunis pada tahun 1990, parlemen Bosnia dan Herzegovina malakukan pemungutan suara pada tanggal 15 Oktober 1991 untuk mengusahakan pelepasan wilayah ini dari Yugoslavia, dan hasilnya rakyat Bosnia dan Herzegovina sepakat untuk memproklamasikan kemerdekaannya. Bosnia mengumumkan kemerdekaannya di bawah kepemimpinan Ali Izzet Begovic yang memenangkan pemilihan presiden pada tahun yang sama.
PBB dan negara–negara besar lalu merestuinya, juga lebih dari 120 negara lainnya.Ketika Federasi Yugoslavia itu hancur, tinggallah di Bosnia 60.000 tentara Serbia yang dengan persenjataan dan perbekalan lengkap yang memungkinkan orang–orang Serbia yang minoritas menindas kaum muslimin yang ada di Bosnia.
Tragedi Kemanusiaan Bosnia Herzegovina
Sejak kemerdekaannya, Bosnia Herzegovina baru merasakan kedukaan yang mendalam akibat konflik berdarah yang disebabkan oleh permusuhan monster Serbia.Metode penghapusan ras ini dilakukan terhadap etnis Bosnia sebagai upaya penghilangan etnis tertentu.
Konflik yang terjadi antara etnis Bosnia dan etnis serbia berawal dari keinginan masyarakat Bosnia untuk memerdekakan diri dari wilayah Serbia. Akibat dari jatuhnya kekuatan negara Yugoslavia menjadi beberapa negara.Sehingga Bosnia yang merupakan bagian wilayah dari Yugoslavia juga berusaha untuk memerdekakan dirinya.Hal ini yang kemudian ditentang oleh masyarakat Serbia yang tetap menginginkan Bosnia menjadi wilayah dari negara Serbia.Hal ini disebabkan karena letak etnis Serbia menginginkan menguasai wilayah Bosnia dan memanfaatkan sumber daya alam yang ada.Hal ini menyingkirkan etnis asli Bosnia yang tidak menginginkan Bosnia kembali menguasai mereka.
Konflik ini merupakan konflik lokal antara penduduk asli Bosnia yang menginginkan kemerdekaan penuh bagi negara Bosnia sesuai dengan referendum yang telah dilakukan masyarakat Bosnia.Namun hal ini kemudian di tentang keras oleh etnis Serbia.Sehingga konflik ini kemudian menjadi konflik antar etnis.Yaitu antara etnis Serbia dan etnis Bosnia yang memang memiliki banyak perbedaan terutama soal keyakinan.Konflik ini kemudian semakin besar mengingat ada upaya-upaya dari etnis Serbia yang didukung oleh tentara dan presidennya untuk melakukan pembersihan etnis terhadap etnis Bosnia.
Serbia membombardir ibukota Bosnia, Sarajevo dan kota lainnya dibombardir habis–habisan, gerilyawan Bosnia ditangkap dan disiksa dalam kamp–kamp konsentrasi dan puluhan ribu wanita muda dan gadis kecil Bosnia diperkosa. Data menyebutkan bahwa korban kaum muslimin sepanjang perang ini mencapai 200.000 orang yang terbunuh.Dunia pada saat itu dipenuhi oleh korban pembantaian dan kuburan massal yang menakutkan yang ditimpakan Serbia kepada etnis Bosnia.
Konflik ini semakin meningkat ketika Serbia membombardir ibukota Bosnia, Sarajevo dan kota lainnya dibombardir habis–habisan, gerilyawan Bosnia ditangkap dan disiksa dalam kamp–kamp konsentrasi dan puluhan ribu wanita muda dan gadis kecil Bosnia diperkosa. Data menyebutkan bahwa korban etnis Serbia sepanjang perang ini mencapai 200.000 orang yang terbunuh.Dunia pada saat itu dipenuhi oleh korban penyembelihan dan kuburan massal yang menakutkan yang ditimpakan Serbia kepada etnis Bosnia.Sampai pada awal 1993, konflik antara Serbia dan Bosnia masih belum reda walaupun pasukan penjaga perdamaian PBB yang terdiri atas tentara Amerika Serikat, Inggris, Perancis telah melakukan operasi pemeliharaan perdamaian.
Pembantaian ribuan etnis Serbia di Srebrenica pada Juli 1995 juga menjadi konflik ini semakin berkepanjangan.Dan menyebabkan dinamika konflik Bosnia semakin meningkat.Sekitar 8.000 etnis Bosnia, yang sebagian besar adalah pria dan anak laki-laki, dibantai dalam aksi yang paling biadab dalam sejarah Eropa.Pembantaian berlangsung saat pasukan Serbia menyerang wilayah aman dalam perlindungan PBB, yakni Srebrenica. Pasukan Belanda yang berjaga di sana tidak mampu berbuat apa pun. Dalang pembantaian itu Radovan Karadzic, yang saat itu menjabat pemimpin perang Bosnia Serbia, dan Jenderal Ratko Mladic. Pembantaian ini dimulai ketika para pengungsi yang berasal dari etnis Serbia melakukan pelarian ke wilayah Srebrenica.Para pengungsi ini menyangka bahwa wilayah Srebrenica merupakan wilayah aman karena dijaga oleh pasukan NATO. Namun, ternyata itu hanyalah tipuan dari tentara serbia untuk melakukan pembunuhan massal terhadap etnis Bosnia. Di wilayah ini kemudian ditemukan kuburan massal etnis bosnia yang di kubur secara massal oleh tentara Serbia.
Upaya Perdamaian
Komunitas Internasional banyak membantu mengakhiri konflik yang terjadi di Bosnia.Pengiriman pasukan perdamaian yang dilakukan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa, NATO dan juga Upaya perundingan yang diprakarsai oleh Uni Eropa dan juga Amerika Serikat. Perserikatan Bangsa-bangsa pada tahun 1992 Perserikatan Bangsa-Bangsa membentuk UNPROFOR ( United Nation Protection Force) yaitu pasukan perdamaian yang ditugaskan untuk menjaga perdamaian di negara-negara pecahan Yugoslavia. Termasuk Bosnia.UNPROFOR ini terdiri dari negara-negara anggota PBB yang mengirimkan pasukan perdamaiannya guna menjaga perdamaian di Bosnia.Pasukan perdamain ini terdiri dari negara Amerika Serikat, Jerman, Inggris, Prancis dan Indonesia tergabung dalam UNPROFOR ini.Sekitar 17.000 pasukan UNPROFOR tercatat dalam misi perdamaian di Yugoslavia termasuk Bosnia. Indonesia juga tercatat membantu menjaga perdamaian di Bosnia dengan mengirimkan pasukan Garuda 14 yang terdiri dari 25 anggota yang ditugaskan untuk menjaga perdamaian di Bosnia dan juga memberikan bantuan medis dan obat-obatan.
Selain itu juga Perserikatan Bangsa-Bangsa menyerukan kepada Serbia untuk menarik pasukannya dari wilayah Bosnia dan meminta dilakukannya perundingan untuk mengakhiri konflik tersebut.Perserikatan Bangsa-Bangsa juga mengirimkan utusannya sebagai mediasi guna mencari penyelesaian konflik antara Serbia dan Bosnia.Perserikatan Bangsa-bangsa mengutus Lewis Mckeujic selaku kepala staf UNPROFOR.Lewat letnan Mckeujic ini terjadi perundingan antara Serbia dan Bosnia untuk membahas mengenai penyelesaian perang di kawasan tersebut.Perundingan ini dilaksanakan di Sarajevo tahun 1992.Dalam perundingan ini tidak tercapai kesepakatan antara kedua belah pihak dikarenakan pihak Bosnia meninggalkan perundingan karena terjadi ledakan bom di Sarajevo yang banyak menewaskan warga etnis Bosnia.
Uni Eropa juga ikut berpartisipasi dalam proses perdamaian yang terjadi di Bosnia. Masyarakat Uni Eropa mencoba mengajak kedua belah pihak yang bertikai untuk mau melakukan perundingan guna menyelesaikan konflik tersebut. Masyarakat Uni Eropa menjadi mediator perundingan antara Serbia dan juga Bosnia dalam perundingan Lissabon yang dilaksanankan pada tahun 1992 guna mencari solusi kedua belah pihak dalam menyelesaikan konflik tersebut. Dalam perjanjian ini kedua belah pihak sepakat menjadikan Bosnia sebagai negara Federasi yang terdiri dari tiga etnis dan memiliki wilayah masing-masing dari etnis tersebut.Yaitu, etnis Muslim Bosnia, etnis Serbia, dan etnis Kroat Kroasia.Namun perjanjian ini juga belum mampu menghentikan kekerasan yang terjadi di Bosnia.Karena ledakan yang terjadi di Sarajevo tersebut menyebabkan pihak Bosnia masih merasa terancam walaupun telah terjadi kesepakatan.
NATO sebagai sebuah pakta keamanan atlantik juga turut berpartisipasi dalam menjaga perdamaian di kawasan Bosnia dan mengupayakan tercapainya perdamaian di wilayah tersebut.Sekitar 35.000 pasukan NATO berada di wilayah-wilayah bekas negara Federasi Yugoslavia, termasuk Bosnia.NATO jualah akhirnya yang memaksa Serbia untuk melakukan perundingan perdamaian pada tahun 1995 dengan melakukan penyerangan terhadap negara Serbia.Hal ini dilakukan karena upaya-upaya perdamaian yang telah dilakukan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Uni Eropa serta negara-negara lainnya belum mampu mengatasi krisis yang terjadi di Bosnia.
Beberapa perundingan yang diupayakan oleh PBB, Uni Eropa Maupun negara-negara lain :
1. Perundingan Sarajevo. Pada tanggal 17 Maret 1992 dilaksanakan pertemuan yang kelima kalinya antara tokoh-tokoh etnis Bosnia Herzegovina (Muslim, Kroasia dan Serbia) yang disponsori oleh Masyarakat Eropa dibawah diplomat Portugal, Hose Cutleri, yang menyarankan adanya kantonisasi. Bosnia Herzegovina akan menjadi negara yang terdiri dari 3 unit etnik dan tetap berada didalam batas wilayah yang ada sekarang. Usul ditolak oleh Presiden Bosnia Herzegovina, Alija Izetbegovic yang mengakibatkan tidak tercapainya kesepakatan dalam perundingan tersebut.
2. Pada tanggal 5 Nopember 1992, dilaksanakan perundingan diantara ketiga kelompok pihak yang bertikai di Jenewa untuk menyusun Undang-Undang Republik Bosnia Herzegovina. Pihak Muslim Bosnia Herzegovina mendesak diberlakukannya regionalisasi Bosnia Herzegovina tanpa berdasarkan etnis tetapi berdasarkan prinsip geografis.Pihak Serbia Bosnia Herzegovina yang didukung oleh Kroasia Bosnia Herzegovina mendesak konsep pembagian wilayah Bosnia Herzegovina berdasarkan 3 etnis.
3. Pada tanggal 3 dan 4 Januari 1993, para wakil dari 3 pihak yang bertikai di Bosnia Herzegovina mengadakan perundingan paripurna untuk yang pertama kalinya di Jenewa. Ketua Bersama Konperensi, Lord Owen dan Vance mengusulkan suatu peta yang membagi Bosnia Herzegovina terdiri atas 10 propinsi dimana masing-masing mempunyai wewenang yang luas dibandingkan dengan pemerintah pusat. Bosnia Herzegovina akan merupakan negara desentralisasi dengan pemerintahan yang kuat di 10 provinsi yang bukan berdasarkan etnis akan tetapi berdasarkan prinsip geografis, historis dan komunikasi.
4. Pada tanggal 25 - 26 Mei 1994, wakil pihak-pihak yang bertikai di wilayah Bosnia Herzegovina (Muslim Bosnia Herzegovina, Serbia Bosnia Herzegovina dan Kroasia Bosnia Herzegovina) beserta “Kontak Group” internasional masalah Bosnia Herzegovina (wakil negara AS, Russia dan EU) mengadakan perundingan di Talloires (Perancis) guna mencari upaya penyelesaian krisis yang terjadi di wilayah Bosnia Herzegovina. Perundingan yang berlangsung selama 2 hari tersebut memfokuskan pembicaraan tentang implementasi keputusan yang dibuat dalam pertemuan tingkat Menteri dari negara AS, Russia dan kelompok EU pada tanggal 13 Mei 1994 di Jenewa yaitu negara Federasi Muslim - Kroasia Bosnia Herzegovina dimasa yang akan datang akan memiliki wilayah 51% dan Faksi Serbia Bosnia Herzegovina 49%. Tidak terdapat hasil yang konkrit dari pertemuan tersebut namun disepakati perundingan akan dilanjutkan kembali.
5. Pada tanggal 21 Juli 1994 wakil dari pihak-pihak yang bertikai di Bosnia Herzegovina beserta anggota Kontak Group mengadakan pertemuan di Jenewa guna membicarakan pengakhiran krisis di Bosnia Herzegovina. Dalam pertemuan tersebut pihak-pihak yang bertikai menyampaikan jawabannya atas proposal pembagian wilayah Bosnia Herzegovina yang telah disampaikan 2 minggu sebelumnya.Pihak Muslim Bosnia Herzegovina dan Kroasia Bosnia Herzegovina menerima proposal Kontak Group tersebut. Dilain pihak wakil Serbia Bosnia Herzegovina menyampaikan jawabannya kepada Kontak Group melalui suatu amplop yang disegel yang inti jawabannya mengatakan bahwa Majelis Serbia Bosnia Herzegovina tidak dalam posisi untuk dapat memutuskan mengenai peace plan Kontak Group tersebut karena proposal Kontak Group dinilai tidak jelas. Dalam jawaban Serbia Bosnia Herzegovina tersebut mempermasalahkan persetujuan-persetujuan konstitusional, persetujuan penghentian permusuhan, masalah kota Sarajevo, masalah akses Serbia Bosnia Herzegovina ke Laut Adriatik, persetujuan implementasi peace plan dan masalah-masalah pencabutan sanksi-sanksi terhadap penduduk Serbia. Jawaban Serbia Bosnia Herzegovina tersebut oleh Kontak Group (kecuali Russia) merupakan penolakan karena tidak memberikan suatu jawaban.Dan perjanjian inipun mengalami kegagalan.
Setelah upaya-upaya yang dilakukan oleh PBB, Uni Eropa Maupun negara-negara lainnya mengalami kegagalan dalam kurun waktu 1992 hingga 1994.Maka pada bulan Mei tahun 1995 pakta keamanan atlantik (NATO) mengambil keputusan untuk melakukan invasi militer ke wilayah Serbia.Invasi ini mendapatkan dukungan dari PBB dan Uni Eropa serta Amerika Serikat guna memaksa Serbia untuk kembali melakukan perundingan dalam upaya menyeesaikan konflik di wilayah tersebut.Target operasi militer yang dilakukan oleh NATO ini adalah untuk menghancurkan infrastruktur-infrastruktur yang ada di wilayah Serbia.NATO menjadi faktor yang sangat berperan dalam upaya memaksa Serbia untuk kembali melakukan perundingan guna mencapai perdamaian di Bosnia.Karena serangan yang dilakukan oleh NATO tersebut berhasil memaksa Serbia untuk mau duduk dan melakukan perundingan dengan Bosnia guna mencapai kesepakatan.Serangan NATO tersebut berhasil melumpuhkan infrastruktur yang ada di Serbia.
Akhirnya pada bulan November tahun 1995 Serbia dan Bosnia kembali berunding dan melakukan perjanjian di Dayton Amerika Serikat.Perjanjian ini merupakan puncak dari semua perjanjian yang telah diupayakan PBB, Uni Eropa maupun negara-negara lainnya. Perjanjian Dayton adalah nama perjanjian untuk menghentikan perang di Bosnia yang sudah berlangsung selama tiga tahun terakhir. Perjanjian ini disetujui di Pangkalan Udara Wright-Patterson di Dayton, Ohio.
Pertemuan tersebut berlangsung sejak 1 November hingga 2 November 1995. Peserta utamanya adalah presiden Serbia, Slobodan Milošević, presiden Kroasia, Franjo Tuđman, presiden Bosnia, Alija Izetbegović, kepala negosiator Amerika, Richard Holbrooke dan Jenderal Wesley Clark.Persetujuannya ditanda tangani di Paris, Perancis pada 14 Desember. Pembagian politik Bosnia-Herzegovina saat ini dan struktur pemerintahannya merupakan hasil persetujuan dari Perjanjian Dayton.
Hasil perundingan Dayton berisi antara lain sebagai berikut :
Bosnia Herzegovina tetap sebagai negara tunggal secara internasional
Ibukota Sarajevo tetap bersatu di bawah federasi muslim Bosnia
Penjahat perang seperti yang telah ditetapkan mahkamah internasional tidak boleh memegang jabatan.
Pengungsi berhak kembali ke tempatnya
Pelaksanaan pemilu menunggu perjanjian Paris
PROSES PEACE BUILDING DI BOSNIA
Proses peacebuilding di Bosnia sesuai dengan perjanjian Dayton adalah Bosnia menjadi sebuah negara tunggal secara internasional. Sebelumnya selama Bosnia berada dibawah Yugoslavia, Bosnia Herzegovina termasuk negara yang paling miskin dibandingkan negara-negara bagian lain. Setelah kita lihat kondisi yang seperti itu kemudian diperparah oleh konflik etnis dengan Serbia.
Untuk memulihkan kondisi perekonomian yang seperti itu, Bosnia masih mengandalkan bantuan-bantuan dari luar negeri seperti Bank Pembanguanan Islam (IDB) yang saat itu telah mendirikan Bank Internasional Bosnia pada September 2000. Bank tersebut dibentuk atas modal dasar sebesar 300 juta dolar AS dengan modal yang disetor sebesar 60 juta dolar AS. Modal tersebut antara lain berasal dari IDB serta bank Islam lainnya sebagai pendiri seperti Bank Islam Abu Dhabi, Bank Islam Dubai, Bank Islam Bahrain serta dari investor swasta muslim lainnya.
Perserikatan Bangsa-Bangsa menetapkan konflik Bosnia sebagai pembersihan etnis yang dilakukan etnis Serbia terhadap etnis Bosnia dan memutuskan untuk membawa kasus ini ke mahkamah internasional untuk kejahatan Yugoslavia (ICTY). Kemudian mahkamah internasional menetapkan beberapa nama sebagai pelaku kejahatan perang di Bosnia terkait dengan pembersihan etnis tersebut. Diantaranya adalah : Slobadan Milosevic selaku presiden dari Serbia, Jendral Radovan Karadjic, dan jendral Ratko Mladic.
Slobodan Milosevic telah ditetapkan sebagai tersangka dan telah diberikan hukuman penjara. Dan akhirnya meninggla di tahanan ketika proses hukuman masih berlangsung, sedangkan jendral Ratko Mladic pada tahun 2008 telah berhasil di tangkap di wilayah Serbia dan kini dalam proses persidangan. Sedangkan untuk jendral Ratko Mladic hingga saat ini masih menjadi buron.
Pembubaran Yugoslavia
Disebabkan oleh serentetan gejolak dan konflik politik pada awal tahun 1990-an. Mengikuti krisis politik pada tahun 1980-an, republik anggota dari Republik Federal Sosialis Yugoslavia terpecah belah, tetapi masalah-masalah yang tak tertangani mengakibatkan perang antaretnis Yugoslavia yang sengit. Perang ini memberi dampak terutama kepada Bosnia dan Kroasia. Setelah kemenangan komunis dalam Perang Dunia Kedua, Yugoslavia didirikan sebagai negara federal yang terdiri dari enam republik, yang mana dipisahkan berdasarkan latar belakang sejarah dan etnis, di antaranya Slovenia, Kroasia, Bosnia dan Herzegovina, Serbia, Montenegro dan Makedonia. Terdapat pula dua provinsi otonomi yang didirikan di Serbia, yaitu Vojvodina dan Kosovo. Setiap negara republik memiliki cabang partai komunis dan pejabat elit, dan semua perselisihan yang ada diselesaikan di tingkat federal. Model pemerintahan Yugoslavia beserta “jalan tengah” di antara ekonomi terpimpin dan liberal yang dianut merupakan sebuah keberhasilan dan negara tersebut pun mengalami masa-masa pertumbuhan ekonomi yang tinggi serta politik yang relatif stabil sampai dengan tahun 1980-an, di bawah kekuasaan handal presiden seumur hidup Josip Broz Tito. Sepeninggalnya pada tahun 1980, sistem pemerintahan federal yang melemah tidak lagi mampu menangani tantangan politik dan ekonomi yang semakin sulit.
Pada tahun 1980-an, penduduk etnis Albania di Kosovo mulai menuntut agar provinsi otonomi mereka diberi status republik anggota, dimulai dari protes pada tahun 1981. Ketegangan antara etnis Albania dan Serbia yang tidak mereda sepanjang dasawarsa, yang mana mengakibatkan penyebaran etnis Serbia ke seluruh Yugoslavia, dan sistem perundingan yang tidak efektif di tingkat federal dianggap sebagai penghambat oleh etnis Serbia yang menyaksikan semakin tingginya otonomi provinsi-provinsi di Serbia. Pada tahun 1987, Slobodan Milošević mengambil alih kepemimpinan di Serbia dan melalui serangkaian gerakan yang didukung khalayak ramai, berhasil secara de facto menguasai Kosovo, Vojvodina dan Montengro. Kebijakannya yang menggalakkan persatuan pun mendapat dukungan dari kalangan etnis Serbia. Akan tetapi, Milošević mendapat bantahan dari pemimpin-pemimpin partai di Slovenia dan Kroasia yang mendukung perluasan azas demokrasi seiring dengan melemahnya paham komunis di Eropa Timur. Pada akhirnya, Yugoslavia yang merupakan perkumpulan negara-negara berpaham komunis pun bubar pada tahun 1990.
Pada tahun 1990, partai komunis dikalahkan oleh parta-partai nasionalis dalam pemilihan umum multi-partai pertama yang diselenggarakan di seluruh negara, kecuali Serbia dan Montenegro, di mana Milošević dan sekutu-sekutunya memenangkan pemilihan umum. Hasutan nasioanlis yang bersumber dari berbagai arah pun semakin memanas. Pada tahun 1991, satu demi satu republik anggota memproklamasikan kemerdekaan, kecuali Serbia dan Montengero, tetapi masalah status etnis minoritas Serbia yang berada di luar Serbia tetap tidak terselesaikan. Setelah segelintir peristiwa bentrokan antaretnis, Perang Yugoslavia pun meletus, pertama-tama di Kroasia, yang kemudian merambat dan berdampak paling parah di Bosnia dan Herzegovina. Perang Yugoslavia di Bosnia dan Herzegovina yang multi-etnis meninggalkan jejak berupa krisis politik dan ekonomi yang berkepanjangan.
Kesimpulan
Yugoslavia merupakan salah satu negara di daerah balkan yang merupakan sebuah federasi antara tiga kerajaan, yaitu : Kerajaan Serbia, Kerajaan Kroasia, dan Kerajaan Slovenia. Konflik yang terjadi antara etnis Bosnia dan etnis serbia berawal dari keinginan masyarakat Bosnia untuk memerdekakan diri dari wilayah Serbia. Akibat dari jatuhnya kekuatan negara Yugoslavia menjadi beberapa negara.Sehingga Bosnia yang merupakan bagian wilayah dari Yugoslavia juga berusaha untuk memerdekakan dirinya.Hal ini yang kemudian ditentang oleh masyarakat Serbia yang tetap menginginkan Bosnia menjadi wilayah dari negara Serbia.Untuk memulihkan kondisi perekonomiannya Bosnia masih mengandalkan bantuan-bantuan dari luar negeri seperti Bank Pembanguanan Islam (IDB) yang saat itu telah mendirikan Bank Internasional Bosnia pada September 2000.Hal ini disebabkan karena letak etnis Serbia menginginkan menguasai wilayah Bosnia dan memanfaatkan sumber daya alam yang ada.Kebijakannya yang menggalakkan persatuan pun mendapat dukungan dari kalangan etnis Serbia. Akan tetapi, Milosevic mendapat bantahan dari pemimpin-pemimpin partai di Slovenia dan Kroasia yang mendukung perluasan azas demokrasi seiring dengan melemahnya paham komunis di Eropa Timur. Pada akhirnya, Yugoslavia yang merupakan perkumpulan negara-negara berpaham komunis pun bubar pada tahun 1990.
Daftar Rujukan
R. Lampe, John.2000.Yugoslavia as History: Twice there was a Country. Cambridge University Press
Sugiantoro, R. B. &Peng Koen Auwjong.Perang Eropa,Volume 2.Jakarta.Penerbit Buku Kompas
“Sejarah Bosnia” dalam http://adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/110/gdlhub-gdl-s1-2007-husnawadji-5484-fishi2-k.pdfdiakses tgl 29 Mei 2010 pukul 21.35 WIB.
http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://www.gendercide.org/case_bosnia.html diakses tgl 29 Mei 2010 pukul 23.10 WIB.
“Sejarah Bosnia” dalam http://adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/110/gdlhub-gdl-s1-2007-husnawadji-5484-fishi2-k.pdf diakses tgl 29 Mei 2010 pukul 21.35 WIB.
http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://news.bbc.co.uk/2/hi/europe/country_profiles/1066886.stm diakses tgl 30 Mei 2010 pukul 11.37 WIB.
http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://news.bbc.co.uk/2/hi/europe/country_profiles/1066886.stm diakses tgl 30 Mei 2010 pukul 11.37 WIB.
http://images.kajianmantap.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/SNHWcQoKCDUAAEs0F1g1/Menanti%20Kebijakan%20Di%20Bosnia.pdf?nmi diakses tgl 31 Mei 2010 pukul 13.35 WIB.
Meier. Viktor, “YUGOSLAVIA A HISTORY OF ITS DEMISE”, First published in English, 1992 hal 103-104
Ibid, hal. 108.
East. Roger and Pontin Joylon, “REVOLUTION AND CHANGE IN CENTRAL AND EASTERN EUROPE (REVISED EDITION)”, First published in Great Britain, 1997 hal 272
East. Roger and Pontin Joylon, “REVOLUTION AND CHANGE IN CENTRAL AND EASTERN EUROPE (REVISED EDITION)”, First published in Great Britain, 1997 hal 271-274
Upaya perdamaian diBosnia” http://www.adln.lib.unair.ac.id/go.php?id=gdlhub-gdl-s1-2007-husnawadji-5484&PHPSESSID=833dde271222578878cfd1e290f3ec85 diakses tgl 28 Mei 2010 pukul 20.30 WIB
East. Roger and Pontin Joylon, “REVOLUTION AND CHANGE IN CENTRAL AND EASTERN EUROPE (REVISED EDITION)”, First published in Great Britain, 1997 hal 272
East. Roger and Pontin Joylon, “REVOLUTION AND CHANGE IN CENTRAL AND EASTERN EUROPE (REVISED EDITION)”, First published in Great Britain, 1997 hal 273
Meier. Viktor, “YUGOSLAVIA A HISTORY OF ITS DEMISE”, First published in English, 1992 hal 106-108
East. Roger and Pontin Joylon, “REVOLUTION AND CHANGE IN CENTRAL AND EASTERN EUROPE (REVISED EDITION)”, First published in Great Britain, 1997 hal 273-275Top of Form